Jumat, 06 Februari 2009

Letak Intelegensia dalam Organisasi Mental

Setiap respon, apakah itu berupa tindakan yang bersifat eksternal ataupun tindakan yang bersifat internal seperti berpikir, mengambil bentuk dari adaptasi atau, yang lebih baik lagi, adaptasi ulang. Tindakan individual dilakukan hanya jika dirasa diperlukan, seperti jika keseimbangan antara lingkungan dan organisme suatu ketika mengalami kekacauan, dan tindakan yang akan diambil tersebut cenderung untuk membentuk lagi keseimbangan antara lingkungan dan organisme, untuk adaptasi ulang organisme (Clarapede). Respon tersebut, dengan demikian merupakan kasus kusus dari interaksi antara dunia eksternal dan subjek, tetapi berbeda dengan interaksi psikologis, yang merupakan materi alami dan melibatkan perubahan internal yang diwujudkan di dalam tubuh, respon yang dikaji oleh psikologi adalah pencapaian jarak terbesar dari fungsi alamiah dan yang semakin membesar di dalam ruang (persepsi) dan di dalam waktu (memori, dan sebagainya) selain mengikuti bidang yang makin lama makin kompleks (perubahan, sirkulasi, dan sebagainya). Perilaku, dengan demikian disusun dalam terminologi interaksi fungsional, yang membutuhkan esensi dan ketelitian dua aspek yang saling bergantung: aspek afektif dan kognitif.
Telah begitu banyak diskusi tentang hubungan antara afeksi dan kognisi. Sesuai dengan P. Janet, perbedaan harus tergambar di antara "tindakan primer" atau pada hubungan antara subjek dan objek (intelegensia, dan sebagainya) dan "tindakan sekunder" atau reaksi subjek atas tindakannya sendiri, yang mana membentuk emosi dasar yang terdiri dari regulasi atas tindakan primer dan memastikan pelepasan energi yang tersedia di dalam diri organisme. Tapi di samping pengaturan/regulasi seperti ini, yang menentukan energitika atau pengelolaan batin dari perilaku, kita harus, seolah-olah, memasukkan penghitungan yang mengarah pada sebuah akhir atau pada sebuah nilai tertentu, dan seperti ciri-ciri nilai interaksi yang energik dan ekonomis dengan lingkungan eksternal. Menurut Clarapede, kesadaran menunjuk tujuan dari perilaku, sementara itu intelegensia hanya menyediakan sarana (tekniknya). Tapi di sana terdapat kesadaran dari sebuah akhir sebagai suatu tujuan, dan kesinambungan ini mengubah tujuan dari perilaku. Sepanjang kesadaran mengarahkan perilaku dengan menunjukkan nilai dari sebuah tujuan, kita harus membatasi diri kita untuk berkata bahwa hal itu menyediakan energi yang diperlukan untuk sebuah tindakan, sedangkan pengetahuan terletak pada strukturnya. Hal ini menyebabkan munculnya solusi baru yang diusulkan yang disebut denga Psikologi Gestalt: perilaku melibatkan "semua bidang" yang menyatukan subjek dan objek, dan dinamika dari bidang ini membangun kesadaran (Lewin), sedangkan strukturnya bergantung pada persepsi, fungsi-efektor, dan intelegensia. Kita akan mengadopsi formula yang sama, dengan syarat bahwa kesadaran dan bentuk kognitif tidak tergantung semata-mata pada keberadaan "bidang", tapi juga pada seluruh sejarah tindakan subjek sebelumnya. Kita akan mengatakannya dengan sederhana kemudian bahwa setiap tindakan melibatkan aspek energi dan afektif dan struktur atau aspek kognitif, yang mana pada kenyataannya, merupakan perpaduan dari titik pandang berbeda yang telah disebutkan.
Pada dasarnya, semua kesadaran terdiri dari dua hal, regulasi dari energi internal atau terdiri dari faktor pengendalian pertukaran energi dengan lingkungan eksternal. Dengan sendirinya hal ini akan dibayangkan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan afeksi, dan oleh karena itu energetik, operasional, sikap pada nilai yang lebih tinggi, dan menjadikannya kecakapan dari keterbalikan dan percakapan (kesadaran moral, dan sebagainya) sama seperti yang juga dilakukan sistem operasi logika untuk sebuah konsep.
Tapi jika semua perilaku, tanpa pengecualian, sampai pada yang berimplikasi terhadap kecerdasaan atau pada pengelolaan, pembentukan aspek afektif, interaksi dengan lingkungan di mana ajakan tersebut juga memerlukan sebuah bentuk atau struktur untuk menentukan lingkaran variasi kemungkinan antara subjek dan objek. Persepsi, pengetahuan senso-motorik (kebiasaan, dan sebagainya), pada pemahaman tindakan, hukuman, dan sebagainya, semua jumlah ini dengan suatu cara atau cara yang lain, membangun hubungan antara organisme dan lingkungan. Hal ini berada dalam apa yang mereka nyatakan sebagai afinitas tertentu di antara mereka yang membedakannya dari gejala afektif. Kita akan mengacu pada mereka, seperti fungsi kognitif dalam arti luas (untuk mengkategorikan adaptasi senso-motorik).
Kehidupan afektif dan kognitif, untuk selanjutnya, tidak dapat dipisahkan meskipun keduanya berbeda. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena interaksi dengan lingkungan melibatkan penataan dan penilaian, tapi keduanya tidak ada yang kurang terpisah, semenjak dua aspek dari perilaku ini tidak bisa direduksi lagi satu sama lain. Sehingga kita tidak dapat beralasan, sekalipun dalam matematika murni, tanpa mengalami kesadaran tertentu, dan sebaliknya tidak ada afeksi yang eksis tanpa adanya pemahaman sedikit pun atau tanpa adanya sedikit pun pembedaan. Pada tindakanlah intelegensia tercakup, selanjutnya pada regulasi internal dari energi (ketertarikan, tenaga, kenyamanan, dan sebagainya) dan regulasi eksernal (nilai-nilai yang dicari pemecahannya dan objek-objek bersangkutan yang dicari), tapi dua bentuk pengendalian ini terletak pada afeksi alamiah dan tinggal perbandingan dengan seluruh regulasi dari tipe ini. Dengan cara yang sama, elemen perseptual atau intelektual yang mana kita temukan dalam semua manifestasi emosi tergolong kesadaran, dengan jalan yang sama seperti reaksi perseptual atau intelektual yang lain. Apakah arti umum dari yang disebut dengan "kesadaran" dan "intelegensia" dalam hubungan keduanya sebagai dua "bakat" yang bertentangan, merupakan perilaku sederhana yang berhubungan dengan seseorang dan tindakan-tindakan yang mempengaruhi ide-ide atau hal-hal; tapi masing-masing dari bentuk perilaku ini, aspek afektif dan kognitif yang sama dari tindakan menjadi jelas, aspek-aspek yang mana pada kenyataannya selalu berhubungan dan tidak ada jalan menampilkan bakat-bakat secara terpisah.
Lagipula, intelegensia itu sendiri tidak terdiri dari sebuah isolasi dan perbedaan kelas proses kognitif yang tajam. Ini tidak sepatutnya dikatakan, satu bentuk di antara yang lain; ini merupakan bentuk keseimbangan yang mana mengarah pada struktur yang menghasilkan persepsi, kecendrungan kebiasaan dan mekanisme dasar senso-motorik; maka intelegensia hanya merupakan bentuk keseimbangan yang mana mengarah pada kecendrungan ini. Hal ini harus dipahami bahwa intelegensia bukanlah bakat, penolakan ini mencakup kesinambungan fungsi radikal antara bentuk tertinggi pemikiran dan kelompok besar tipe terendah dari adaptasi kognitif dan motorik; maka intelegensia hanya merupakan bentuk keseimbangan yang mengarah pada kecendrungan ini. Hal ini tidak berarti, tentu saja, bahwa keputusan terdiri dari ko-ordinasi dari struktur perseptual, atau bahwa 'merasa' berarti adalah penarikan kesimpulan secara tak sadar (meskipun kedua teori ini telah dipertahankan), untuk keseimbangan fungsional pada tidak adanya jalan mencegah munculnya variasi atau bahkan heterogienitas di antara struktur. Setiap struktur yang menjadi pemikiran merupakan bentuk khusus dari keseimbangan, kurang lebih stabil dalam bidang yang terbatas dan kehilangan kestabilan ketika mencapai batas sebuah bidang. Tapi struktur ini, yang membentuk tingkat yang berbeda, akan dianggap menggantikan salah satu pendekatan lain dalam hukum perkembangan, sedemikian rupa sehingga masing-masing merealisir keseimbangan yang lebih inklusif dan stabil untuk sebuah proses muncul dari keadaan sebelumnya. Intelegensia dengan demikian hanyalah terminologi umum untuk mengindikasikan bentuk superior dari organisasi atau keseimbangan dari penstrukturan kognitif.
Pandangan ini berarti, mulai dari awal, merupakan desakan pusat peran dari intelegensia dalam kehidupan mental dan dalam kehidupan organisme itu sendiri; intelegensia, struktur keseimbangan dari perilaku yang paling plastis dan pada saat yang sama merupakan struktur keseimbangan yang paling tahan lama, merupakan dasar sistem operasi kehidupan dan tindakan. Ini merupakan bentuk perkembangan tertinggi dari adaptasi mental, demikian dikatakan, instrumen yang harus ada pada interaksi antara subjek dan alam semesta ketika lingkup dari interaksi ini menjadi berada di seberang kelangsungan dan kontak sesaat untuk mencapai jangkauan yang luas dan stabilnya hubungan. Akan tetapi, di sisi lain, penggunaan terminologi ini merintangi kita untuk menentukan di manakah intelegensia dimulai; ini merupakan tujuan akhir, dan asalnya secara umum tidak dapat dibedakan dari adaptasi senso-motorik atau bahkan dari adaptasi biologis itu sendiri.

Sumber:
Piaget, Jean. 1960. Psychology of Intelligence. New Jersey: Littlefield, Adams & Co.

Tidak ada komentar: