Boleh aku bercerita
tentang pantai ini:
perbatasan asing - sunyi
dan entah berapa penyair menulis
di atas laut tak bernama
berapa pula sajak ditulis
di bawah remang lampu kota
Juga tak tahu berapa orang
hilang-tenggelam di bibir ini...?
Aku berjalan menyisir pantai
seperti yang lalu, kini pun sendirian,
Sesekali ombak menggerus
Tanah yang kupijak berlarian
Dan langit hijau di cakrawala
bergelayut gelisah
-di sini si mati memanggili!-
Kulayatkan mataku pada karang
Pada ciuman si ombak
Pada tiap jejak
Tiap sajak
yang menghilang-tenggelamkan aku
Kupilih satu tempat untuk duduk
Di cakrawala sana angin bersarang
Dan di belakang sini berayun-ayun
Hmm! Betapa indah!
Betapa abadi?!
Betapa kecilnya aku untuk abadi...
Di sini kekasihku tenggelam
Laut mengabadikan nama
Salah satunya dia
Pipi pualam
Bibir
Mata
Dan buah dada
Tandingan ratih di bumi
Selalu ingin mendengar dia
Mendendangkan lagu, bersama-sama,
bertalian lagi
Seperti pernah dia janjikan untuk aku
tapi, di mana dia sekarang...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar